PUISI | Duka Andalusia

Murparsaulian (dok. Pribadi)
Duka Andalusia: YY
#Murparsaulian
Di suatu siang yang garang
kucoba meniti matahari
menyusuri jejak-jejak sunyi tanah andalusia
Ohh ada pedih mendidih
membuncah barah menyenak nanah
namun aku tak hendak kalah
Di Alhambra kusimpan air mata
ada sunyi menukik di hati
dari bukit inilah Abu Abdillah
memandang istananya
‘‘Menangislah seperti perempuan,
untuk sesuatu yang tak bisa kau pertahankan sebagai laki-laki‘‘,
sindir sang Ibu geram
Airmatanya semakin membuncah
membayangkan Ratu Isabella dan Raja Ferdinand
mengubah haluan sejarah
sultan muslim terakhir itu
menggenggam bara api di telapak tangannya
Di Afrika lukanya menganak sungai
semenanjung Iberia tinggal kenangan
puing kedukaan teman tidurnya
mengundang mimpi buruk
Ia pun ambruk
sebelum sempat membayar lunas
akan kegagalannya
Di Granada kembali kusimpan luka
betapa keserakahan mengalahkan semuanya
runtuh di bilur-bilur khianat
tersangkut di ranting-ranting dengki
kalah dan padah
jadi barah sejarah
Dengan apa lagi hendak ku tampar ngilu?
terlanjur menjadi abu
ohh mampukah ku suruk sendu
di antara bebatu bisu
Di sepanjang jalan berdebu
aku hanya dapat menggantung harap
di antara pohon zaitun
aku sangap menepis ratap
Duka itu terus menghantui hingga ke Cordoba
di bekas tapak kaki Ibnu Rusyd ku simpan tanya
kemana hilangnya huruf-huruf para filsuf yang sarat makna?
Andalusia, 2019-2020